Keamanan Sistem Kontrol Industri/Teknologi Operasi


Dikutip dari Berita Edukasi Siber Terkini (BESTI) Issue Nomor #46 - AI digunakan dalam social engineering untuk meningkatkan efektivitas manipulasi psikologis dan penipuan dengan memanfaatkan kemampuan analisis data, otomatisasi, dan personalisasi.


Cara-cara utama AI dimanfaatkan dalam konteks ini:

  1. Analisis Data dan Profil Target
    AI dapat mengumpulkan dan menganalisis data dari media sosial, forum, atau sumber publik lainnya untuk membangun profil detil tentang target, seperti kebiasaan, preferensi, atau kerentanan emosional. Misalnya, algoritma AI dapat menentukan waktu terbaik untuk menghubungi target berdasarkan pola aktivitas online mereka.
  2. Pembuatan Konten Penipuan yang Dipersonalisasi
    AI, seperti model bahasa generatif, dapat menghasilkan email phishing, pesan teks, atau postingan media sosial yang sangat meyakinkan dan disesuaikan dengan gaya komunikasi target. Pesan ini sering kali sulit dibedakan dari komunikasi asli.
  3. Deepfake dan Manipulasi Media
    Teknologi AI seperti deepfake digunakan untuk membuat video atau audio palsu yang menyerupai seseorang yang dikenal target, seperti CEO atau anggota keluarga, untuk memanipulasi mereka agar mengungkapkan informasi sensitif atau melakukan tindakan tertentu.
  4. Otomatisasi Serangan Skala Besar
    AI memungkinkan pelaku social engineering untuk mengotomatiskan serangan seperti phishing atau smishing (SMS phishing) dalam skala besar dengan tetap mempertahankan kesan personalisasi. Chatbot berbasis AI juga dapat berinteraksi dengan target secara real-time untuk mengelabui mereka.
  5. Prediksi dan Eksploitasi Psikologis
    AI dapat menganalisis pola perilaku untuk memprediksi respons emosional atau psikologis target terhadap stimulus tertentu, seperti rasa takut, urgensi, atau kepercayaan. Ini memungkinkan penyerang untuk merancang serangan yang memanfaatkan kelemahan psikologis.
  6. Simulasi Interaksi Manusia
    AI digunakan untuk membuat chatbot atau akun media sosial palsu yang meniru perilaku manusia, membangun kepercayaan dengan target sebelum melancarkan serangan. Ini sering digunakan dalam skema catfishing atau penipuan romansa.


Mengapa Social Engineering (Soceng) Berbasis AI berbahaya?

  • Personalisasi Tinggi: AI dapat menganalisis data dari profil online untuk membuat serangan yang sangat relevan dengan kebiasaan atau minat korban.
  • Skala Besar: AI memungkinkan serangan dilakukan secara massal, seperti ribuan panggilan telepon atau email phishing dalam waktu singkat.
  • Sulit Dideteksi: Deepfake dan pesan yang dihasilkan AI sering kali tampak sangat realistis, mengecoh bahkan individu yang waspada.
  • Eksploitasi Psikologis: AI memanfaatkan emosi seperti ketakutan, urgensi, atau kepercayaan untuk memaksa korban bertindak tanpa berpikir kritis.


Bagaimana Melindungi Diri dari Social Engineering?

  • Verifikasi Identitas: Selalu periksa keaslian pengirim pesan atau panggilan, misalnya dengan menghubungi melalui saluran resmi. Jangan gunakan kontak yang diberikan oleh pihak yang mencurigakan.
  • Waspada terhadap Urgensi: Hati-hati dengan pesan yang menciptakan rasa panik atau mendesak, seperti permintaan transfer dana mendadak atau peringatan keamanan palsu.
  • Gunakan Keamanan Berlapis: Aktifkan autentikasi dua faktor (2FA) untuk akun online. Gunakan antivirus, firewall, dan spam filter untuk memblokir pesan berbahaya.
  • Batasi Informasi di Media Sosial: Kurangi berbagi detail pribadi seperti tanggal lahir atau lokasi kerja, yang dapat dimanfaatkan untuk personalisasi serangan.
  • Pelatihan Kesadaran Keamanan: Edukasi diri dan karyawan tentang tanda- tanda social engineering, termasuk simulasi phishing untuk meningkatkan kewaspadaan.
  • Manfaatkan AI untuk Pertahanan: Gunakan alat keamanan berbasis AI untuk mendeteksi pola serangan, memfilter komunikasi mencurigakan, dan memberikan peringatan dini.

Kesimpulan
Penggunaan AI dalam serangan social engineering membawa tantangan baru yang lebih canggih, personal, dan sulit dideteksi. Dengan kemampuannya menganalisis data, memproduksi konten, dan mengeksploitasi psikologi manusia, AI memungkinkan serangan menjadi lebih meyakinkan dan menjangkau target dalam skala besar.

Untuk menghadapi ancaman ini, pendekatan keamanan siber tidak cukup hanya bergantung pada teknologi konvensional. Diperlukan kombinasi antara kesadaran manusia, kebijakan keamanan yang ketat, dan penerapan AI sebagai alat pertahanan. Organisasi dan individu harus terus meningkatkan literasi digital, mengurangi eksposur data pribadi, serta membangun budaya verifikasi di setiap lapisan komunikasi digital.


Sumber: (Berita Edukasi Siber Terkini, 2025, hlm,9).